Tuesday, September 15, 2015

Artikel Opini



Oleh : Asti Katrina Alfiani
Abstrak
Tahap perkembangan dari masyarakat nomaden (ditandai dengan kondisi masyarakat yang masih berburu), kemudian menetap (ditandai dengan kondisi masyarakat yang bercocok tanam untuk kepentingan sendiri) , lalu mulai mengenal pasar (ditandai dengan surplus produksi), lalu mulai mengenal alat transportasi(ditandai dengan surplus uang, muncul bank, mobil, kereta api dll), hingga muncul produksi massal dan muncul revolusi industri, tidak dilewati secara bertahap oleh bangsa ini. Indonesia masih berada pada tahapan menetap langsung disetir menuju masyarakat industri tanpa melewati mengenal pasar dan mengenal alat produksi. Seharusnya masyarakat tidak perlu disetir seratus persen dan dipaksa untuk berubah, biarkan perubahan muncul dengan sendirinya melalui kekuatan dari dalam masyarakat sendiri. Kekuatan dari dalam masyarakat memang tidak muncul secara cepat, kekuatan itu muncul pelan-pelan mengiringi dinamisasi masyarakat yang pasti berubah untuk menggapai utopia. Ada sebuah jenis pembangunan dengan ciri-ciri mengapresiasi kekuatan dari dalam masyarakat sendiri untuk berubah ke arah yang lebih baik, pembangunan itu adalah pembangunan sosial. Mengapa pembangunan sosial ? demikian tulisan ini akan membahas bagaimana pembangunan sosial membuka jalan untuk menggapai utopia.
Kata kunci : Pembangunan, pembangunan sosial, utopia

 


PENGANTAR
            Pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat. Seringkali pembangunan yang diharapkan mampu menciptakan kemajuan material. Namun, pembangunan bisa dimaknai dengan beragam hal, misalnya pembangunan adalah meningkatnya ekonomi dan pemerataan. Pembangunan dikatakan berhasil apabila mampu mengatasi kerusakan lingkungan. Pembangunan adalah sebuah konsep yang mampu mengatasi kemiskinan dan mencipatakan keadilan sosial. Kemudian, ada beberapa teori yang menjelaskan pembangunan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan materi. Seperti Teori-teori Harold domar, W.W. Rostow, Simon Kuznet, tak ketinggalan Adam smith (Budiman, 1995).
            Pemaknaan atas pembangunan yag bervariasi inilah yang membuat arti pembangunan tidak memiliki definisi pasti. Sebab setiap orang memiliki makna pembangunan masing-masing. Makna pembangunan bagi penulis belum tentu sama dengan makna bagi pembaca, kira-kira begitulah analogi makna pembangunan. Dari sekian penjelasan arti pembangunan dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah sebuah proses, proses dimana seseorang mencapai utopia atau masyarakat sejahtera, adil dan makmur.
            Lalu, bagaimana Indonesia mengartikan pembangunan ? dimulai dari orde baru Indonesia berkuasa, pembangunan dibidang ekonomi mampu membuat negeri ini menjadi swasembada beras pada tahun 1984 dan tumbuhnya industri modern. Soeharto menjadikan Indonesia sebagai negara kapitalis. Untuk mencapai itu Soeharto melakukan industrialisasi dan menanamkan modal asing di Indonesia. Tetapi, kepemimpinan presiden RI kedua itu, terlalu memaksakan proses pembangunan ditengah kondisi masyarakat indonesia yang belum siap dan belum memiliki kemampuan. Pada masa itu kekuatan perubahan berasal dari luar, sebagai contoh Soeharto dibantu oleh pihak asing sebagai investor, memaksa masyarakat menanam padi jenis tertentu dan dikenalkan menggunakan pupuk pestisida. Padahal masyarakat Indonesia tidak semuanya mengkonsumsi padi sebagai makanan pokok, tetapi Soeharto memaksa menanam padi tanpa terkecuali menggunakan pupuk pestisida. Petani yang masih menggunakan pupuk dari kotoran hewan, dipaksa untuk menjadi modern dengan menggunakan pupuk pestisida. Pembangunan pun amburadul karena tidak sesuai dengan tahap perkembangan industri (Effendi, 2000).
            Tahap perkembangan dari masyarakat nomaden (ditandai dengan kondisi masyarakat yang masih berburu), kemudian menetap (ditandai dengan kondisi masyarakat yang bercocok tanam untuk kepentingan sendiri) , lalu mulai mengenal pasar (ditandai dengan surplus produksi), lalu mulai mengenal alat transportasi(ditandai dengan surplus uang, muncul bank, mobil, kereta api dll), hingga muncul produksi massal dan muncul revolusi industri, tidak dilewati secara bertahap oleh bangsa ini. Indonesia masih berada pada tahapan menetap langsung disetir menuju masyarakat industri tanpa melewati mengenal pasar dan mengenal alat produksi. Seharusnya masyarakat tidak perlu disetir seratus persen dan dipaksa untuk berubah, biarkan perubahan muncul dengan sendirinya melalui kekuatan dari dalam masyarakat sendiri.
            Kekuatan dari dalam masyarakat memang tidak muncul secara cepat, kekuatan itu muncul pelan-pelan mengiringi dinamisasi masyarakat yang pasti berubah untuk menggapai utopia. Ada sebuah jenis pembangunan dengan ciri-ciri mengapresiasi kekuatan dari dalam masyarakat sendiri untuk berubah ke arah yang lebih baik, pembangunan itu adalah pembangunan sosial. Mengapa pembangunan sosial ? demikian tulisan ini akan membahas bagaimana pembangunan sosial membuka jalan untuk menggapai utopia.


UTOPIA PEMBANGUNAN SOSIAL
            Menurut Merton dan Parson masyarakat adalah sekelompok manusia yang dinamis, Mereka selalu berkembang secara perlahan menuju keseimbangan (Ritzer, 2008). Oleh sebab itu, diperlukan sebuah proses yang mendukung dinamisasi kearah yang lebih mapan yaitu pembangunan. Apabila pembangunan memiliki tiga perspektif tujuan pembangunan, yaitu tujuan kapitaslis, sosialis dan alternatif, pembangunan sosial merupakan penganut perspektif alternatif. Perspektif ini berpandangan bahwa pembangunan adalah upaya meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan kemampuan, potensi, dan arah yang diinginkan komunitas lokal. Upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara yang terdapat pada pembangunan sosial.
Pembangunan sosial memiliki tiga cara untuk menggapai utopia, yaitu meningkatkan kemampuan (capacity building), pemberdayaan (empowerment), dan meningkatkan partisipasi. Cara pertama adalah meningkatkan kemampuan, cara ini dapat ditempuh dengan mengembangankan potensi lokal yang dimiliki masyarakat. Contohnya, apabila didalam sebuah kelompok di suatu desa hanya mampu membuat produksiketela goreng, maka langkah yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas ketela goreng tersebut. Masyarakat bisa digiring menjadi masyarakat agropolitan dengan ketrampilan mereka tanpa harus memaksa mereka melakukan hal diluar kemampuan yang dimiliki. Apabila masyarakat hanya mampu membuat ketela goreng tetapi program dari pemerintah adalah memproduksi kentang goreng, maka pembanguna sosial tidak mendukung program itu, karena tidak sesuai dengan kearifan lokal masyarakat.
Peningkatan kemampuan harus melewati cara kedua yaitu pemberdayaan. Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang belum mampu keluar dari belengggu kemiskinan. Contoh-contoh dari pemberdayaan adalah berupa pujian,toleransi dan mendengarkan keluh kesah dari anggota masyarakat yang bersangkutan. Keluh kesah yang terucap dari masyarakat adalah proses dimana mereka melakukan proses negosiasi. Negosiasi yang berangsung harus melibatkan partisipasi msyarakat dalam proses diskusi. Ini adalah cara ketiga pembangunan sosial menunjukkan jalan menggapai utopia yaitu meningkatkan partisipasi.
Pembangunan sosial menerapkan program yang bersahabat dengan masyarakat, sehingga tekanan-tekanan dari dalam pun muncul karena proses dilakukan secara halus, sesuai dengan keinginan dan kemampuan masyarakat dan tidak memaksa serta menggunakan kekerasan. Belakangan ini sudah muncul beberapa tokoh yang menggunakan konsep pembangunan sosial untuk memperbaiki situasi dimasyarakat, seperti mantan walikota Solo Jokowi dan walikota Surabaya Rismaharini. Bisa dibilang kondisi masyarakat berkembang kearah yang lebih tertib dan baik dibawah kepemimpinan mereka.
PENUTUP
            Pada dasarnya, proses pembangunan memiliki misi untuk membawa masyarakat menjadi lebih maju bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Observasi terhadap lingkungan sekitar diperlukan sebelum merancang sebuah rencana guna memperbaiki kondisi dimasyarakat. Potensi-potensi lokal perlu dikembangkan melihat variasi wilayah, baik secara geografis, demografis, maupun secara sosial di Indonesia. Proses pembnagunan bukan hanya sekedar pembangunan untuk kepentingan sendiri atau kelolmpok tertentu, melainkan sebuah utopia bagi hajat orang banyak. Tak perlulah perbaikan negeri ini selalu berkiblat ke barat. Indonesia punya ciri, karena Indonesia punya jati diri. Ciri tersebut yang harus digali untuk menyumbangkan proses pembangunan yang berdikari.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arief, 1995, Teori Pembangunan Dunia ketiga,Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.
Effendi, Tadjudin Noer, 2000, Pembangunan Krisis dan Arah Reformasi, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2008, Teori Sosiologi, Bantul : Kreasi Wacana.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Thanks All Buat Komentar Kalian. No Spam, No Sara, No etc.
"Best Moment, Best Blogging, Best actualities"
Blog Ini Dofollow, Jadi bijaklah dalam berkomentar

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home