Artikel Opini
Oleh
: Asti Katrina Alfiani
Abstrak
Tahap perkembangan dari masyarakat
nomaden (ditandai dengan kondisi masyarakat yang masih berburu), kemudian
menetap (ditandai dengan kondisi masyarakat yang bercocok tanam untuk
kepentingan sendiri) , lalu mulai mengenal pasar (ditandai dengan surplus
produksi), lalu mulai mengenal alat transportasi(ditandai dengan surplus uang,
muncul bank, mobil, kereta api dll), hingga muncul produksi massal dan muncul
revolusi industri, tidak dilewati secara bertahap oleh bangsa ini. Indonesia
masih berada pada tahapan menetap langsung disetir menuju masyarakat industri
tanpa melewati mengenal pasar dan mengenal alat produksi. Seharusnya masyarakat
tidak perlu disetir seratus persen dan dipaksa untuk berubah, biarkan perubahan
muncul dengan sendirinya melalui kekuatan dari dalam masyarakat sendiri.
Kekuatan dari dalam masyarakat memang tidak muncul secara cepat, kekuatan itu
muncul pelan-pelan mengiringi dinamisasi masyarakat yang pasti berubah untuk
menggapai utopia. Ada sebuah jenis pembangunan dengan ciri-ciri mengapresiasi
kekuatan dari dalam masyarakat sendiri untuk berubah ke arah yang lebih baik,
pembangunan itu adalah pembangunan sosial. Mengapa pembangunan sosial ?
demikian tulisan ini akan membahas bagaimana pembangunan sosial membuka jalan
untuk menggapai utopia.
Kata kunci : Pembangunan, pembangunan
sosial, utopia
PENGANTAR
Pembangunan dapat diartikan sebagai
usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat. Seringkali pembangunan yang
diharapkan mampu menciptakan kemajuan material. Namun, pembangunan bisa
dimaknai dengan beragam hal, misalnya pembangunan adalah meningkatnya ekonomi
dan pemerataan. Pembangunan dikatakan berhasil apabila mampu mengatasi
kerusakan lingkungan. Pembangunan adalah sebuah konsep yang mampu mengatasi
kemiskinan dan mencipatakan keadilan sosial. Kemudian, ada beberapa teori yang
menjelaskan pembangunan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan materi. Seperti
Teori-teori Harold domar, W.W. Rostow, Simon Kuznet, tak ketinggalan Adam smith
(Budiman, 1995).
Pemaknaan atas pembangunan yag
bervariasi inilah yang membuat arti pembangunan tidak memiliki definisi pasti.
Sebab setiap orang memiliki makna pembangunan masing-masing. Makna pembangunan
bagi penulis belum tentu sama dengan makna bagi pembaca, kira-kira begitulah
analogi makna pembangunan. Dari sekian penjelasan arti pembangunan dapat
disimpulkan bahwa pembangunan adalah sebuah proses, proses dimana seseorang
mencapai utopia atau masyarakat sejahtera, adil dan makmur.
Lalu, bagaimana Indonesia
mengartikan pembangunan ? dimulai dari orde baru Indonesia berkuasa,
pembangunan dibidang ekonomi mampu membuat negeri ini menjadi swasembada beras
pada tahun 1984 dan tumbuhnya industri modern. Soeharto menjadikan Indonesia
sebagai negara kapitalis. Untuk mencapai itu Soeharto melakukan industrialisasi
dan menanamkan modal asing di Indonesia. Tetapi, kepemimpinan presiden RI kedua
itu, terlalu memaksakan proses pembangunan ditengah kondisi masyarakat
indonesia yang belum siap dan belum memiliki kemampuan. Pada masa itu kekuatan
perubahan berasal dari luar, sebagai contoh Soeharto dibantu oleh pihak asing sebagai
investor, memaksa masyarakat menanam padi jenis tertentu dan dikenalkan menggunakan
pupuk pestisida. Padahal masyarakat Indonesia tidak semuanya mengkonsumsi padi
sebagai makanan pokok, tetapi Soeharto memaksa menanam padi tanpa terkecuali
menggunakan pupuk pestisida. Petani yang masih menggunakan pupuk dari kotoran
hewan, dipaksa untuk menjadi modern dengan menggunakan pupuk pestisida.
Pembangunan pun amburadul karena tidak sesuai dengan tahap perkembangan
industri (Effendi, 2000).
Tahap perkembangan dari masyarakat
nomaden (ditandai dengan kondisi masyarakat yang masih berburu), kemudian
menetap (ditandai dengan kondisi masyarakat yang bercocok tanam untuk
kepentingan sendiri) , lalu mulai mengenal pasar (ditandai dengan surplus
produksi), lalu mulai mengenal alat transportasi(ditandai dengan surplus uang,
muncul bank, mobil, kereta api dll), hingga muncul produksi massal dan muncul
revolusi industri, tidak dilewati secara bertahap oleh bangsa ini. Indonesia
masih berada pada tahapan menetap langsung disetir menuju masyarakat industri
tanpa melewati mengenal pasar dan mengenal alat produksi. Seharusnya masyarakat
tidak perlu disetir seratus persen dan dipaksa untuk berubah, biarkan perubahan
muncul dengan sendirinya melalui kekuatan dari dalam masyarakat sendiri.
Kekuatan dari dalam masyarakat
memang tidak muncul secara cepat, kekuatan itu muncul pelan-pelan mengiringi
dinamisasi masyarakat yang pasti berubah untuk menggapai utopia. Ada sebuah
jenis pembangunan dengan ciri-ciri mengapresiasi kekuatan dari dalam masyarakat
sendiri untuk berubah ke arah yang lebih baik, pembangunan itu adalah
pembangunan sosial. Mengapa pembangunan sosial ? demikian tulisan ini akan
membahas bagaimana pembangunan sosial membuka jalan untuk menggapai utopia.
UTOPIA PEMBANGUNAN
SOSIAL
Menurut Merton dan Parson masyarakat
adalah sekelompok manusia yang dinamis, Mereka selalu berkembang secara
perlahan menuju keseimbangan (Ritzer, 2008). Oleh sebab itu, diperlukan sebuah proses
yang mendukung dinamisasi kearah yang lebih mapan yaitu pembangunan. Apabila
pembangunan memiliki tiga perspektif tujuan pembangunan, yaitu tujuan
kapitaslis, sosialis dan alternatif, pembangunan sosial merupakan penganut
perspektif alternatif. Perspektif ini berpandangan bahwa pembangunan adalah
upaya meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan kemampuan, potensi, dan arah
yang diinginkan komunitas lokal. Upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara yang terdapat pada pembangunan
sosial.
Pembangunan
sosial memiliki tiga cara untuk menggapai utopia, yaitu meningkatkan kemampuan
(capacity building), pemberdayaan (empowerment), dan meningkatkan
partisipasi. Cara pertama adalah meningkatkan kemampuan, cara ini dapat
ditempuh dengan mengembangankan potensi lokal yang dimiliki masyarakat. Contohnya,
apabila didalam sebuah kelompok di suatu desa hanya mampu membuat
produksiketela goreng, maka langkah yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas
ketela goreng tersebut. Masyarakat bisa digiring menjadi masyarakat agropolitan
dengan ketrampilan mereka tanpa harus memaksa mereka melakukan hal diluar
kemampuan yang dimiliki. Apabila masyarakat hanya mampu membuat ketela goreng
tetapi program dari pemerintah adalah memproduksi kentang goreng, maka
pembanguna sosial tidak mendukung program itu, karena tidak sesuai dengan
kearifan lokal masyarakat.
Peningkatan
kemampuan harus melewati cara kedua yaitu pemberdayaan. Pemberdayaan adalah
upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang belum mampu keluar
dari belengggu kemiskinan. Contoh-contoh dari pemberdayaan adalah berupa
pujian,toleransi dan mendengarkan keluh kesah dari anggota masyarakat yang
bersangkutan. Keluh kesah yang terucap dari masyarakat adalah proses dimana
mereka melakukan proses negosiasi. Negosiasi yang berangsung harus melibatkan
partisipasi msyarakat dalam proses diskusi. Ini adalah cara ketiga pembangunan
sosial menunjukkan jalan menggapai utopia yaitu meningkatkan partisipasi.
Pembangunan
sosial menerapkan program yang bersahabat dengan masyarakat, sehingga
tekanan-tekanan dari dalam pun muncul karena proses dilakukan secara halus,
sesuai dengan keinginan dan kemampuan masyarakat dan tidak memaksa serta
menggunakan kekerasan. Belakangan ini sudah muncul beberapa tokoh yang
menggunakan konsep pembangunan sosial untuk memperbaiki situasi dimasyarakat,
seperti mantan walikota Solo Jokowi dan walikota Surabaya Rismaharini. Bisa
dibilang kondisi masyarakat berkembang kearah yang lebih tertib dan baik
dibawah kepemimpinan mereka.
PENUTUP
Pada dasarnya, proses pembangunan
memiliki misi untuk membawa masyarakat menjadi lebih maju bagi kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara. Observasi terhadap lingkungan sekitar diperlukan
sebelum merancang sebuah rencana guna memperbaiki kondisi dimasyarakat.
Potensi-potensi lokal perlu dikembangkan melihat variasi wilayah, baik secara
geografis, demografis, maupun secara sosial di Indonesia. Proses pembnagunan
bukan hanya sekedar pembangunan untuk kepentingan sendiri atau kelolmpok
tertentu, melainkan sebuah utopia bagi hajat orang banyak. Tak perlulah
perbaikan negeri ini selalu berkiblat ke barat. Indonesia punya ciri, karena
Indonesia punya jati diri. Ciri tersebut yang harus digali untuk menyumbangkan
proses pembangunan yang berdikari.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman,
Arief, 1995, Teori Pembangunan Dunia
ketiga,Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.
Effendi,
Tadjudin Noer, 2000, Pembangunan Krisis
dan Arah Reformasi, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ritzer,
George dan Douglas J. Goodman, 2008, Teori
Sosiologi, Bantul : Kreasi Wacana.
Labels: Artikel Opini
0 Comments:
Post a Comment
Thanks All Buat Komentar Kalian. No Spam, No Sara, No etc.
"Best Moment, Best Blogging, Best actualities"
Blog Ini Dofollow, Jadi bijaklah dalam berkomentar
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home